Antum sedang membaca...
Aqidah, Manhaj

Menegakkan khilafah Islamiyah dalam Kondisi Umat seperti Ini: Bagai Mimpi di Siang Bolong

Ketika kaum muslimin, terkhusus para aktivisnya, telah menjauhi dan meninggalkan metode dan cara yang ditempuh oleh para nabi dan generasi Salaful Ummah dalam upaya mewujudkan Daulah Islamiyyah, tak pelak lagi mereka akan mengikuti ra`yu dan hawa nafsu. Karena tidak ada lagi setelah Al-Haq yang datang dari Allah Ta’ala dan Rasul-Nya serta Salaful Ummah, kecuali kesesatan. Sebagaimana firman Allah: “Maka apakah setelah Al Haq itu kecuali kesesatan?” (Yunus: 32)

Cara yang mereka tempuh ini, justru mengantarkan umat ini kepada kehancuran dan perpecahan, sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutlah dia, dan janganlah kalian mengikuti As-Subul (jalan-jalan yang lain), karena jalan-jalan itu menyebabkan kalian tercerai berai dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah Ta’ala padamu agar kalian bertaqwa.” (Al-An’am: 153)

Diantara cara-cara menyimpang yang mereka tempuh adalah melalui dakwah jihad yang pada hakekatnya justru tindakan tersebut membuat kabur dan tercemarnya nama harum jihad itu sendiri. Mereka memberontak kepada pemerintahan Muslimin yang sah. Alasannya sepele, mereka menganggap penguasa yang sah telah kafir karena tidak menerapkan hukum/syariat Islam dalam praktek kenegaraannya.

Ringan sekali lidah mereka menuduh kaum Muslimin sebagai orang yang kafir atau telah murtad dari agamanya. Mereka tidak mengetahui patokan-patokan syar’i untuk menghukumi seseorang itu menjadi kafir, fasiq, sesat, atau yang lainnya.

Tidak sampai disitu saja. Mereka menjadikan shalat jumat sebagai sarana menebar syubhat dan membuka aib pemerintah kepada masyarakat awam sehingga mereka ikut berkecamuk di dalam dada. Mengumpulkan masa dan akhirnya ricuh disana-sini. Dan masih banyak lagi sarana-sarana yang mereka gunakan untuk mendirikan Khilafah Islamiyah dengan cara yang batil.

Lihatlah akibat pahit pemberontakan yang mereka lakukan ditelan oleh semua kaum Muslimin. Mereka melakukan pengeboman di tempat-tempat umum sehingga tak pelak lagi warga sipil menjadi korban. Bahkan tak jarang di tengah-tengah mereka didapati sebagian umat Islam yang tidak bersalah dan tidak mengerti apa-apa.

Jihad macam apa jika dilandasi dengan cara yang tidak sesuai dengan apa yang diberikan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Para mujahidinnya diterapi mandi kembang terlebih dahulu supaya kebal. Kemudian diperkenankan mencium bendera kemudian berkata “ridhoilah aku” di depan bendera jihadnya? Kemudian ini dan itu. Masya Allah

Ahlus sunnah ingat bahwasanya Allah adalah Dzat Yang Maha Adil. Dia akan memberikan kepada orang-orang yang beriman seorang pemimin yang arif dan bijaksana. Sebaliknya Dia akan menjadikan bagi rakyat yang durhaka seorang pemimpin yang dhalim. Maka jika terjadi pada suatu masyarakat seorang pemimpin yang dhalim, sesungguhnya kedhaliman tersebut dimulai dari rakyatnya.

Cara mengobati pemahaman rusak seperti ini bukan memperkuat pemahaman PPKn saja, tetapi memperkuat akidah sesuai akidahnya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam dan generasi salaf umat ini. Seperti yang akan diuraikan setelah ini.

Bagaimana Cara Menasehati Pemerintah

Apabila rakyat dipimpin oleh seorang penguasa yang melakukan kemaksiatan dan penyelisihan (terhadap syariat) yang tidak mengakibatkan dia kufur dan keluar dari Islam maka tetap wajib bagi rakyat untuk menasihati dengan cara yang sesuai dengan syariat. Bukan dengan ucapan yang kasar lalu dilontarkan di tempat-tempat umum apalagi menyebarkan dan membuka aib pemerintah yang semua ini dapat menimbulkan fitnah yang lebih besar lagi dari permasalahan yang mereka tuntut.

Adapun dasar memberikan nasihat kepada pemerintah dengan sembunyi-sembunyi adalah hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam:

“Barangsiapa yang hendak menasihati pemerintah dengan suatu perkara maka janganlah ia tampakkan di khalayak ramai. Akan tetapi hendaklah ia mengambil tangan penguasa (raja) dengan empat mata. Jika ia menerima maka itu (yang diinginkan) dan kalau tidak, maka sungguh ia telah menyampaikan nasihat kepadanya. Dosa bagi dia dan pahala baginya (orang yang menasihati).”

Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad, Al Khaitsami dalam Al Majma’ 5/229, Ibnu Abi Ashim dalam As Sunnah 2/522, Abu Nu’aim dalam Ma’rifatus Shahabah 2/121. Riwayat ini banyak yang mendukungnya sehingga hadits ini kedudukannya shahih bukan hasan apalagi dlaif sebagaimana sebagian ulama mengatakannya. Demikian keterangan Syaikh Abdullah bin Barjas bin Nashir Ali Abdul Karim (lihat Muamalatul Hukam fi Dlauil Kitab Was Sunnah halaman 54). Dan Syaikh Al Albani menshahihkannya dalam Dzilalul Jannah fi Takhriji Sunnah 2/521-522. Hadits ini adalah pokok dasar dalam menasihati pemerintah. Orang yang menasihati jika sudah melaksanakan cara ini maka dia telah berlepas diri (dari dosa) dan pertanggungjawaban. Demikian dijelaskan oleh Syaikh Abdullah bin Barjas.

Bertolak dari hadits yang agung ini, para ulama Salaf berkata dan berbuat sesuai dengan kandungannya. Di antara mereka adalah Imam As Syaukhani yang berkata : “Bagi orang-orang yang hendak menasihati imam (pemimpin) dalam beberapa masalah –lantaran pemimpin itu telah berbuat salah– seharusnya ia tidak menampakkan kata-kata yang jelek di depan khalayak ramai. Tetapi sebagaimana dalam hadits di atas bahwa seorang tadi mengambil tangan imam dan berbicara empat mata dengannya kemudian menasihatinya tanpa merendahkan penguasa yang ditunjuk Allah. Kami telah menyebutkan pada awal kitab As Sair: Bahwasanya tidak boleh memberontak terhadap pemimpin walaupun kedhalimannya sampai puncak kedhaliman apapun, selama mereka menegakkan shalat dan tidak terlihat kekufuran yang nyata dari mereka. Hadits- hadits dalam masalah ini mutawatir. Akan tetapi wajib bagi makmur (rakyat) mentaati imam (pemimpin) dalam ketaatan kepada Allah dan tidak mentaatinya dalam maksiat kepada Allah. Karena sesungguhnya tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (As Sailul Jarar 4/556)

Imam Tirmidzi membawakan sanadnya sampai ke Ziyad bin Kusaib Al Adawi. Beliau berkata: “Aku di samping Abu Bakrah berada di bawah mimbar Ibnu Amir. Sementara itu Ibnu Amir tengah berkhutbah dengan mengenakan pakaian tipis. Maka Abu Bilal berkata : “Lihatlah pemimpin kita, dia memakai pakaian orang fasik.” Lantas Abu Bakrah berkata: “Diam kamu! Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : ‘Barangsiapa yang menghina (merendahkan) penguasa yang ditunjuk Allah di muka bumi maka Allah akan menghinakannya.’ ” (Sunan At Tirmidzi nomor 2224)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah menjelaskan tata cara menasihati seorang pemimpin sebagaimana yang dikatakan oleh Imam As Syaukani sampai pada perkataannya : “ … sesungguhnya menyelisihi pemimpin dalam perkara yang bukan prinsip dalam agama dengan terang-terangan dan mengingkarinya di perkumpulan-perkumpulan masjid, selebaran-selebaran, tempat-tempat kajian, dan sebagainya, itu semua sama sekali bukan tata cara menasihati. Oleh karena itu jangan engkau tertipu dengan orang yang melakukannya walaupun timbul dari niat yang baik. Hal itu menyelisihi cara Salafus Shalih yang harus diikuti. Semoga Allah memberi hidayah padamu.” (Maqasidul Islam halaman 395)

Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid bahwasanya beliau ditanya: “Mengapa engkau tidak menghadap Utsman untuk menasihatinya?” Maka jawab beliau: “Apakah kalian berpendapat semua nasihatku kepadanya harus diperdengarkan kepada kalian? Demi Allah, sungguh aku telah menasihatinya hanya antara aku dan dia. Dan aku tidak ingin menjadi orang pertama yang membuka pintu (fitnah) ini.” (HR. Bukhari 6/330 dan 13/48 Fathul Bari dan Muslim dalam Shahih- nya 4/2290)

Syaikh Al Albani mengomentari riwayat ini dengan ucapannya: “Yang beliau (Usamah bin Zaid) maksudkan adalah (tidak melakukannya, pent.) terang-terangan di hadapan khalayak ramai dalam mengingkari pemerintah. Karena pengingkaran terang-terangan bisa berakibat yang sangat mengkhawatirkan. Sebagaimana pengingkaran secara terang-terangan kepada Utsman mengakibatkan kematian beliau.”

Demikian metode manhaj Salaf dalam amar ma’ruf nahi mungkar kepada pemerintah atau orang yang mempunyai kekuasaan. Dengan demikian batallah manhaj-manhaj yang menyeru menegakkan Khilafah Islamiyah dengan cara batil.

Sumber: Dinukil dari tulisan Ustadz Zuhair Syarif, majalah SALAFY XXVII/1419/1998/MABHATS dengan judul “Demonstrasi Bukan Metode Salafus Shalih

Kesimpulan

Banyak orang yang tertipu dan menyamakan ahlus sunnah dengan yang demikian. Ahlus sunnah wal jamaah memang serupa dengan mereka dalam hal pakaian tapi jangan samakan dalam hal ajaran. Maka tidak layak seseorang menyamakan apalagi menuduh ahlus sunnah sama dengan mereka. Allah berfirman, “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS Al Ahzab: 58)

Inilah “salafy” ahlus sunnah wal jamaah yang sebenarnya. Jamaah yang tegar diatas kitab wa sunnah dan tidak fanatik terhadap tokoh tertentu entah itu tokoh politik, organisasi, ustadz, kyai, wali, atau bahkan ulama sekalipun. Karena madzhab kita adalah hadits shahih, kami dengar dan kami taat! Tidak peduli hadits itu mau datang dari Yaman, Arab Saudi, Kuwait, Irak, atau bahkan dari ujung bumi yang paling selatan.

Ahlus sunnah menyadari bahwasanya tidak akan berdiri khalifah islamiyah jika masyarakat masih dalam keadaan seperti ini (noda syirik dan bidah dimana-mana). Oleh karena itu dakwah ahlus sunnah adalah dakwah untuk menyeru mentauhidkan Allah agar supaya umat bersatu diatas akidah yang murni yaitu akidah Rasulullah shalallahu alaihi wasalam serta para sahabat dari 3 generasi. Dan nyata suatu saat nanti kejayaan Islam seperti pada masa Umar bin Kaththab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib akan diraih dengan jalan yang haqiqi. Dan nyatalah suatu saat nanti semua kebenaran agama akan kembali kepada manhajnya para sahabat rasulullah alaihi wassalam sebagaimana kisah-kisah shahih menjelang kiamat.

Wallahul haadi ila sabilir rosyaad. Wal ilmu indallah.

Sumber Asli : di sini

Discussion

2 thoughts on “Menegakkan khilafah Islamiyah dalam Kondisi Umat seperti Ini: Bagai Mimpi di Siang Bolong

  1. subhanallah…..jazakallahukhairan atas artikelnya…benar2 memberi pencerahanan dalam menyikapi kebijakan dari pemerintah…semoga Allah Ta’ala membimbing para pemimpin kita ke jalanNya…

    Posted by abu ubaidah | September 6, 2010, 1:54 pm

Leave a reply to ahlussunnahunpad Cancel reply

silakan mendownload

TRANSLATE THIS BLOG!

Statistik Blog

  • 90,071 kunjungan

Arsip

Kategori